Jumat, 18 Februari 2011

Kondisi Air Pelaihari

Postingan ini saya buat karena ada teman yang menanyakan tentang gambaran kondisi air di kota Pelaihari.
Sebenarnya sayapun tidak mengetahui gambarannya secara pasti, karena untuk daerah saya sendiri desa Balirejo RT 17B kebanyakan warganya menggunakan sumur sebagai sumber air bukan dari PDAM. Dan untuk kondisi airnya sendiri sangat jernih, permasalahan hanya akan muncul jika musim kering tiba bagi yang sumurnya tidak terlalu dalam. Selebihnya tidak pernah ada keluhan terhadap kualitas airnya.

Jadi sekedar sedikit berbagi apa yang saya tahu daripada tidak sama sekali, maka saya merangkum dari beberapa literature tentang kondisi PDAM di Pelaihari.
Dari salah satu surat kabar dikatakan bahwa kinerja manajeman tiga diantara sejumlah PDAM di Kalimantan Selatan dinilai kurang sehat. Dari 13 kabupaten atau kota di Kalsel terdapat PDAM sebagai berikut yaitu :
1.      PDAM Bandarmasih milik Pemko Banjarmasin
2.      PDAM Kabupaten Batola
3.      PDAM Kabupaten Tanah Laut
4.      PDAM Kota baru
5.      PDAM Kabupaten Tapin
6.      PDAM Kabupaten Hulu Sungai Tengah
7.      PDAM Kabupaten HSU
8.      PDAM Balangan
9.      PDAM Kabupaten Tabalong
10.  PDAM Tanah Bumbu

Pasalnya 3 PDAM tersebut tingkat pelayanannya masih jauh di bawah standar Milennium Development Goals (MDGs) disebutkan Sekretaris Komisi II bidang ekonomi keuangan DPRD Kalsel, Burhanuddin di Banjarmasin. Hal tersebut berkaitan dengan perkembangan PDAMnya. 

Tiga PDAM di Kalsel yang belum memberikan layanan yang baik (2010) dan perlu mendapat perhatian dari semua pihak yaitu :
1.      PDAM Pemkab Tanah Laut
2.      PDAM Balangan, dan
3.      PDAM Tanah Bumbu

Untuk PDAM Pemkab Balangan dan Tanah Bumbu masih dapat dimaklumi karena kedua kabupaten tersebut masih merupakan daerah pemekaran atau baru berdiri sejak April 2003, ungkap Sek. Fraksi PBR.
Akan tetapi untuk PDAM Pelaihari Tala justru perlu penanganan lebih serius agar keberadaan perusahaan daerah itu betul-betul banyak mendatangkan manfaat bagi masyarakat terutama dalam hal kebutuhan air bersih. 

Tingkat cakupan pelayanan air bersih dari PDAM Tanah Laut sampai saat ini baru mencapai sekitar 40% (data tahun 2010) wilayah perkotaan Pelaihari yang menjadi ibukota kabupaten tersebut. Sedangkan standar pelayanan air bersih sebuah PDAM menurut MDGs cakupannya minimal 80% wilayah perkotaan. Selain itu kondisi jaringan perpipaan PDAM Pelaihari (65 km timur Banjarmasin) tersebut sebagian besar sudah tua sehingga sering terjadi kebocoran. 

Selain karena permasalahan keterbatasan sarana dan prasarana fisik PDAM Pelaihari, ada pula persoalan nonteknis yakni tingginya tunggakan. Maka penagihan door to door pun terpaksa dilakukan. Hal tersebut dilakukan untuk mengoptimalkan pendapatan. Kendati begitu tetap digunakan pendekatan persuasif.
Meter pelanggan tidak serta merta langsung mendatangi rumah pelanggan ketika terjadi tunggakan, terkecuali sudah berjalan tiga bulan. Untuk Pelaihari sendiri cukup banyak pelanggan yang menunggak, padahal kondisi ini cukup merugikan perusahaan karena keuangannya yang masih sangat lemah.
Hingga saat ini financial PDAM Pelaihari masih minus, karena penerimaan yang didapat tidak mampu menutupi biaya operasional. Penerimaan bulanan rata-rata hanya Rp. 170 juta sedangkan biaya operasional mencapai Rp. 225 juta. 

PDAM Pelaihari hingga saat ini masih bertahan berkat uluran tangan berupa dana Hibah dari Pemkab Tala untuk menutupi biaya tagihan rekening listrik dan bahan kimia.
Itu sebabnya upaya penagihan tunggakan rekening dilakukan untuk mengoptimalkan pendapatan, yang kemudian mengalai kenaikan pendapatan sekitar 20-30 juta perbulan. Pelanggan yang menunggak hingga tiga bulan, maka meter airnya aka di segel. Selanjutnya diberi waktu selama tujuh hari untuk menyelesaikan tunggakan. Jika hingga tenggat waktu tersebut tetap tak terselesaikan maka meter akan dicabut. Langkah lainnya dalam penghematan pengeluaran bahan kimia. Bahan penjernih yang semula selalu menggunakan PAC sekarang hanya menggunakan tawas yang harganya jauh lebih murah. Meskipun penggunaannya memerlukan kerja keras karena harus mengaduk secara manual, berbeda dengan PAC yang cukup dilarutkan sudah merata sendiri. 

Upaya lainnya adalah penambalan titik jaringan perpipaan yang bocor. Jaringan perpipaan PDAM telah aus karena berusia 28 tahun dan masih terbuat dari bahan asbes yang saat ini sudah tidak ada lagi suku cadangnya. Bahan tersebut mudah patah apalagi usianya cukup tua. Kebocoran pun kerap terjadi. Prosentase kebocoran melampaui batas ambang yakni mencapai 42% (sedangkan batas ambang 30% an). Tingginya angka kebocoran ini menjadi kerugian tersendiri karena banyak air bersih yang terbuang percuma. Seperti yang terjadi hingga jumat (2/7/2010) pada jalur menuju kompleks perumahan dekat eks lapangan golf. Cukup banyak air yang terbuang percuma dan menyebabkan tekanan air kepada pelanggan dikawasan itu berkurang.
Juga yang terjadi pada PDAM Pelaihari di Jalan Balirejo yang terjadi selama beberapa minggu dan airpun menjadi terbuang sia-sia. Hal ini dilakukan penanganan oleh pihak PDAM dengan memperbaiki titik bocor setempat dan menutup lapisan aspal yang terkelupas dengan tanah. 

Sedangkan berdasarkan hasil pengukuran kandungan Cu dan Pb pada air bendungan PDAM Sungai Tabanio lain lagi, diketahui bahwa kandungan Cu dan Pb pada air bendungan PDAM Sungai Tabanio kandungan Cu lebih rendah daripada kandungan Pb. Kandungan Cu pada air ratarata 0,0042 mg/l sedangkan kandungan Pb pada air rata-rata 0,0201 mg/l. Hal tersebut bisa terjadi diperkirakan karena keberadaan Cu pada perairan alami memang lebih sedikit jika dibanding dengan Pb. Hal ini berati air yang ada pada bendungan PDAM Sungai Tabaniao masih dapat dikategorikan aman untuk dikonsumsi. Namun menurut asumsi peneliti, apabila penambangan bijih besi dan emas di daerah tersebut berjalan terus, maka bukan tidak mungkin kandungan logam Cu dan Pb pada air Bendungan PDAM Sungai Tabaniao akan terus meningkat dan terakumulasi hingga melebihi nilai ambang batas.

Dan selain bendungan Tabanio, Air Terjun Bajuin juga dijadikan sebagai sumber PDAM di Pelaihari seperti gambar pipa PDAM yang terlihat di daerah Air Terjun Bajuin, Desa sungai Bakar. 
                                                                                                                                            



   
   
   


0 komentar:

Posting Komentar

Karena masih belajar jadi sangat berharap saran dan kritik dari orang lain, silahkan tuliskan komentar Anda.

KOMENTAR ANDA

BARIS IKLAN